Sejarah Cengkareng (Bagian 4): Pertahanan Terakhir TKR

by -81 Views
Screenshot cover depan
Buku Toponimi Jakarta Barat, mengulas tentang asal usul penamaan sejumlah wilayah di Jakarta Barat yang ditulis dan disusun oleh dua jurnalis senior, Teguh Setiawan dan Amin Suciady

RadarKota – Tidak ada catatan tentang nasib Landhuis Tjengkareng di era Jepang. Lie Kian Tek diperkirakan meninggalkan rumah itu sebelum kedatangan Jepang, dan bermukim di Pasar Baroe.

Setahun setelah Jepang hengkang dan Belanda berusaha kembali menjajah, Landhuis Tjengkareng menghadapi takdir buruk pertamanya. KNIL menyerbu Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pimpinan Letkol Singgih di Pesing dan membantai 70 personel TKR.

Baca: Sejarah Cengkareng (Bagian 1): Kisah Para Landheer dan Warisan Sejarah yang Hilang

Sisa pasukan TKR melanjutkan pertempuran di Basmol dan Kampung Bojong, Rawa Buaya, dan bertahan habis-habisan di Cengkareng. Di sini, Letkol Singgih mendapat bantuan dari Korps Kepolisian Banten pimpinan Kapten Ari Amangku.

TKR dan pasukan Kapten Ari Amangku kalah persenjataan dan terdesak hebat di Landhuis Tjengkareng. KNIL menggunakan artileri berat untuk menggempur pertahanan TKR di Landhuis Tjengkareng.

Baca: Sejarah Cengkareng (2): Tanah Partikelir Tjengkareng

Landhuis Tjengkareng rusak berat. Sebagian atap bangunan hancur, dan beberapa jendela rusak parah. Namun Landhuis Tjengkareng masih berdiri gagah sampai empat puluh tahun kemudian.

Di penghujung 1980-an, bersamaan dengan pembangunan Jl Outer Ring Road, Landhuis Tjengkareng menemui nasib buruknya. Tergusur, lenyap, dan di atasnya berdiri pertokoan modern.

Sejarah Cengkareng (3): Landhuis Tjengkareng

Cengkareng, setelah kehilangan tanaman khasnya, harus kehilanga landmark dari masa lalu. Cengkareng tidak punya apa-apa, selain status sebagai pemukiman padat pasar.

Leave a Reply