Sejarah Cengkareng (Bagian 2): Tanah Partikelir Tjengkareng

by -78 Views
pohon tjangkaraang
Pohon Tjangkaraang, menjadi asal usul nama wilayah Cengkareng

RadarKota – Cengkareng adalah bagian tak terpisahkan sejarah tanah-tanah partikelir sekujur Batavia. Sejarah yang dimulai di masa awal kejayaan VOC, ketika kongsi dagang Hindia Timur itu menjarah tanah-tanah jauh dari markasnya di Sunda Kelapa sepanjang paruh kedua abad ke-17.

Tanah-tanah sekujur Ommelanden, atau kawasan luar kota Batavia lama, diukur, dipetakan, diberi nama, dan dijual ke investor. Pejabat VOC membeli tanah-tanah itu dengan harga murah, sebagai tindakan spekulasi.

Saat itu perang VOC-Banten masih berlangsung. Ommelanden bukan kawasan aman untuk investor bisnis perkebunan. Dedrick Durven, kelak menjadi gubernur jenderal VOC, tercatat sebagai pemilik pertama tanah partikelir Cengkareng.

Pertanyaannya, bagaimana tanah partikelir itu diberi nama Cengkareng, dan apa arti kata Cengkareng?

Baca: Sejarah Cengkareng (Bagian 1): Kisah Para Landheer dan Warisan Sejarah yang Hilang

Ada dua cara menjawab pertanyaan ini. Pertama, menggunakan teori toponimi. Kedua, dengan melihat tradisi orang-orang Belanda saat itu memberi nama.

Toponimi adalah ilmu tentang penamaan wilayah, tempat, atau permukaan bumi. Orang-orang Belanda memiliki tradisi memberi nama sesuai karakteristik permukaan bumi.

Jika terdapat permukiman atas tanah itu, orang Belanda akan mempertimbangkan kearifan lokal sebelum menentukan nama. Jika tidak, penamaan akan ditentukan oleh tumbuhan dominan di atas tanah itu, atau karakteristik lain yang khas.

Penamaan Cengkareng untuk tanah partikelir diperkirakan terjadi pada dua dekade terakhir abad ke-17, ketika landmeeter memasuki sekujur wilayah sebelah barat Batavia dan memetakannya. Pemetaan Cengkareng diperkirakan bersamaan, atau pada periode sama, dengan pemetaan Kalideres, Rawa Buaya, Tegal Alur, Kapuk, Kamal, Tanjung Burung, sampai ke tepi Sungai Cisadane.

Setelah pemetaan, landmeeter akan memberi nama setiap bidang tanah dan menuliskannya di peta untuk keperluan pendataan. Cengkareng diperkirakan berasal dari Tjengkarang atau Tjengkaring, tanaman dengan nama latin Erythrina corallodendron.

Tjengkarang masih satu keluarga dengan tumbuhan Dadap atau cangkring (Erythrina variegate). Keluarga Dadap yang banyak ditanam sebagai tanaman hias adalah Dadap Merah (Erythrina cristagali).

Arsip botani Hindia-Belanda menyebut tanaman ini dalam kalimat; e bloemknoppen en bloemen Tjengkarang, yang artinya kuncup bunga dan bunga Tjengkarang.

Marten Douwes Teenstra dalam Beknopte Beschrijving van de Nederlandsche overzeesche bezittingen,menulis Tjengkarang tumbuh di Sumatera dan digunakan penduduk untuk obat.

Tjengkareng atau Cangkring adalah tanaman semak berduri. Tanaman ini diperkirakan mendominasi sekujur wilayah yang menggunakan namanya sampai pertengahan abad ke-17. Evolusi penyebutan dari Tjengkarang menjadi Cengkareng diperkirakan terjadi selama puluhan tahun, dan sebagai akibat penyebutan penduduk lokal.

Sulit membuktikan asumsi ini karena tidak ada bukti tanaman Tjengkarang atau Cangkring yang tersisa. Namun, menggunakan penelitian Prof Leonard Blusse mengenai industri gula Ommelanden, kita bisa menarik kesimpulan bagaimana tanaman Tjengkarang lenyap dari tanah yang menggunakan namanya.

Tahun 1732, saat Gubernur Jenderal Dederiek Durven memperdalam Kali Mookervaart dari Cengkareng ke Pesing, tanah partikelir Tjengkareng disewa Nie Keng Ko selama 27 tahun, dengan harga sewa 2.000 rijksdalder per tahun.

Keng Ko mengubah Tjengkareng menjadi kawasan industri gula, dengan suikermolen (penggilingan tebu yang digerakkan tenaga hewan yaitu sapi) tersebar di atas-nya. Keng Ko juga menyewakan sebagian tanah Tjengkareng ke industriawan gula asal Bekasi, yang kesulitan bahan bakar untuk memasak gula.

Tjengkareng sepanjang 1730-an, dan diperkirakan sampai 1750-an, adalah kawasan industri gula. Pada periode itulah tanaman Tjengkareng musnah. Keng Ko menebang semua tanaman Tjengkarang, dan tanaman lainnya, untuk memenuhi kebutuhan akan kayu bakar.

Leave a Reply