Bukan Kaleng-kaleng, Ini Rekam Jejak Caleg DPRD DKI Inad Luciawaty

by -39 Views
imunisasi
Inad Luciawaty, calon anggota legislatif DPRD DKI JAkarta nomor urut 3 dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) daerah pemilihan (Dapil) DKI Jakarta 10

RadarKota – Tahun 2024 menjadi ajang pesta demokrasi Indonesia. Pemilihan Presiden, kepala daerah hingga anggota legislatif akan dilakukan secara serentak.

Inad Luciawaty, menjadi salah satu kontestan yang ikut maju dalam pemilihan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta. Istri dari Rustam Effendi, mantan Walikota Jakarta Barat dan Walikota Jakarta Utara ini, memilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai kendaraan politiknya.

Inad yang mendapat nomor urut 3, akan bertarung di daerah pemilihan (Dapil) DKI Jakarta 10, meliputi wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat, terdiri dari: Kecamatan Grogol Petamburan, Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Palmerah dan Kecamatan Kembangan.

Menjadi hal yang wajar ketika Inad memutuskan untuk maju sebagai calon anggota legislatif. Sebab, dirinya punya bekal yang cukup mumpuni. Ketika Rustam masih menjabat sebagai pegawai negeri sipil (PNS), Inad aktif di organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang merupakan organisasi kemasyarakatan memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia.

Bukan hanya PKK, Inad juga pernah berkecimpung di sejumlah organisasi sosial lainnya. Yang jelas, keputusannya untuk maju dalam kontestasi pemilihan anggota legislatif tentu saja ingin berkontribusi positif dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat Jakarta dalam segala hal.

Inad Luciawaty berasal dari keluarga metropolis. Dalam darahnya mengalir banyak gen. Ayahnya, Dade Abdul Kadir, keturunan Arab- Ambon dari klan Baadila yang menikahi Chaerani — perempuan Bandung.

Sang ayah masih satu keluarga dengan Des Alwi Abu Bakar, anak angkat Presiden Soekarno, saksi sejarah kemerdekaan Republik Indonesia, diplomat, advokat, dan penulis. Lebih ke belakang lagi, buyut Keluarga Inad berasal dari Italia.

Tidak heran jika di antara anggota Keluarga Inad ada beragam warna kulit, ada yang seperti orang Eropa dan tidak sedikit berkulit eksotis. Di kawasan Cengkareng Barat, ayah Inad adalah ketua RW paling disegani.

Tanggal 8 Januari 1989, Inad menikah dengan Rustam Effendi. Tahun berikutnya, anak pertama lahir, diberi nama Annisa Indira Rahma. Inad sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga.

Pada tahun tersebut, Rustam tercatat sebagai PNS yang memiliki posisi di kelurahan. Ia tahu perannya sebagai istri seorang PNS. Ia aktif di organisasi PKK, dengan hadir dalam berbagai kegiatan.

Setelah anak pertama berusia beberapa tahun, Inad melahirkan anak kedua yang diberi nama Faisal Azmi dan anak ketiga diberi nama Fachrul Azhari (almarhum).

Saat yang sama, keluarga Inad dihadapkan pada pilihan siapa yang akan mengurus pasar tradisional milik H Dade Abu Bakar di kawasan Cengkareng Barat, karena anak tertua Keluarga Dade Abu Bakar telah memiliki pekerjaan dan tidak ingin meneruskan usaha keluarga.

Inad memutuskan mengambil alih bisnis mengelola pasar. Namun, dia tidak punya pengetahuan soal ekonomi dan manajemen. Keluarga Dade Abu Bakar mendorong Inad melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Rustam sangat mendukung.

Saat Universitas Satya Gama di Jl Kamal Raya, Cengkareng Timur dibuka, Inad menjadi mahasiswi pertamanya. Inad harus menjalani tiga peran sekaligus; ibu rumah tangga, menjalankan bisnis keluarga, dan mahasiswi Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen Perusahaan. Inad dihadapkan pada keharusan mendisiplinkan diri dan piawai membagi waktu.

Setiap hari, Inad bangun sebelum atau tepat saat adzan subuh. Ia bergegas shalat, masak dan mempersiapkan keperluan anak-anak dan suami. Setelah itu saat Rustam berangkat kerja, Inad menjalankan tugasnya sebagai pengelola pasar tradisional.
Selama empat tahun, dimulai tahun 1986, Inad bergerak dari rumah, pasar dan kampus. Intermezo hanya saat akhir pekan atau libur kuliah, ketika dia, suami, dan anak-anak bisa berkumpul bersama.

Inad tidak malu berada satu kelas dengan anak-anak baru lulus SMA. Ia belajar serius, kendati sering meminta rekan-rekannya mengerjakan soal atau meminjam catatan.

Di rumah, jika kebetulan senggang, Inad memanfaatkannya untuk membaca buku-buku atau catatan kuliah. Meski sibuk luar biasa, Inad menjalaninya dengan enjoy. Ia tidak ingin mengeluh lelah atau capek. Maklum, dia dibesarkan di lingkungan keluarga pekerja keras dan orang tua yang bersikap tegas.

Leave a Reply