Budaya Hedonisme dan Konsumtif Belanja Online Ditinjau dari Perpektif Ekonomi Syariah

by -14 Views
belanja online
Gambar Ilustrasi

Dengan semakin banyaknya pengguna internet di seluruh dunia, bisnis online menjadi salah satu hal yang menjamur akhir-akhir ini (Fitria, 2017). Di Indonesia sendiri banyak sekali terdapat bisnis online, baik dalam skala kecil hingga besar.

Berbelanja online sudah jadi tren masa kini. Dengan kemudahan dan waktu belanja yang fleksibel, masyarakat bisa membeli banyak barang favorit hanya dari smartphone atau laptop. Namun dengan kemudahan itu membuat sebagian orang malah ketagihan berbelanja online. Akibat kecanduan belanja online, banyak orang membeli barang-barang yang tidak penting hingga over budget. Jika tidak direm, hal ini bisa berdampak pada kondisi keuangan kita.

Mungkin kita pernah mendengar kata ‘hedon’ seperti dalam percakapan sehari-hari ‘hedon banget sih kamu’ dan sebagainya. Biasanya, kata tersebut digunakan untuk menggambarkan atau mengkritik seseorang yang memiliki gaya hidup konsumtif, boros menggunakan uang untuk hal-hal yang tidak penting (Ariyanti, 2019). Kata hedon lazim juga dilontarkan kepada seseorang yang mempunyai hasrat belanja tinggi, membeli barang ini itu tanpa berpikir panjang.

Hedonisme berasal dari bahasa Yunani ‘Hedone’ yang berarti kesenangan, kenikmatan, bersenang-senang. Hedonisme adalah sebuah kepercayaan bahwa kesenangan harus merupakan tujuan utama dalam hidup. Sedangkan dalam bahasa Arab “hedonisme” disebut dalam istilah “Madzhab Al Mut’ah” atau “Madzhab Al Ladzzdzah “. Dalam kamus AlMunawwir disebutkan sebagai berikut: Hedonisme adalah sebuah aliran yang mengatakan bahwa sesungguhnya kelezatan dan kebahagiaan adalah tujuan utama dalam hidup (Manan, 2012).

Dapat disimpulkan Hedonisme adalah sebuah pandangan hidup yang menganggap bahwa seseorang akan bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Pandangan hidup ini hanya ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dan hanya berlandaskan materi keuntungan semata.

Islam menolak tegas sikap hidup hedonisme dalam bentuk larangan sifat boros di satu sisi dan kikir di sisi lainnya. Karena kedua sifat ini jelas-jelas bertentangan dengan konsep kesederhanaan yang di inginkan Islam. Prinsip kesederhanaan. Ini juga berlaku bagi pembelanjaan, orang tidalah boleh berlaku kikir dan boros.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raaf [7]: 31, QS. Al-Maidah [5]: 87 dan QS. Al-Furqan [25]: 67. Kajian Al-Quran dan Hadist, seorang muslim sudah sepantasnya menggunakan kekayaannya untuk hal yang bermanfaat dan tidak digunakan untuk hal yang sia-sia.

Kebutuhan manusia tidak terbatas, karena kebutuhan berhubungan erat dengan kepuasan yang pada dasarnya juga tak terbatas. Kebutuhan manusia berkaitan erat dengan pemenuhan barang dan jasa untuk kepuasan diri. Selama hidupnya, manusia akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, semakin dipenuhi maka kebutuhan tersebut semakin bertambah.

Hedonik shopping berpengaruh terhadap shopping lifestyle konsumen, dimana shopping lifestyle merupakan cerminan pilihan seseorang dalam menghabibiskan waktu dan uang mereka (Nainggolan et al., 2020). Kebutuhan hedonis ini meliputi kesenangan, keinginan memiliki barang baru, dan adanya produk yang menarik.

Sifat dasar manusia yang tidak gampang puas pun ditengarai sebagai kemunculan sikap hedonis (Elyta & Mutia, 2020, p. 94). Jika diletakkan pada wadah positif, sikap tidak cepat merasa puas sebenarnya bisa memberi dampak positif. Namun, hal yang sebaliknya justru terjadi bilamana digunakan untuk menuruti nafsu dan ambisi. Menurut (Susminingsih & Kanafi, 2020, p. 80), perilaku hedonis atau konsumtif bisa disebabkan karena faktor pribadi, misalnya kurangnya pengetahuan, minimnya pemahaman agama, tingkat ekonomi maupun sosial (pergaulan, status dan gengsi).

Oleh:
Erika Shinta
Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Imam Bonjol Padang

Leave a Reply