Ari Sumarto Taslim dan Ciliwungku

by -12 Views
WhatsApp Image 2023 02 22 at 10.49.49

Jakarta – Jika dilihat dari foto-foto zaman dahulu, banyak orang terkagum-kagum dengan Sungai Ciliwung yang menjadi sarana transportasi warga dari Bogor ke Jakarta dengan arus sungainya.

Seorang pengamat ekosistem dan lingkungan hidup di Jakarta, Ari Sumarto Taslim, menginginkan agar Sungai Ciliwung yang saat ini terkotori dan dipenuhi pemukiman warga, pabrik, dan rumah sakit dapat lestari. “Tingkat pencemaran Sungai Ciliwung saat ini sangat parah. Seharusnya kita belajar dari negara-negara dunia yang merawat sungainya secara maksimal dengan aturan yang ketat agar sungainya tetap terjaga,” ucap Ari Sumarto Taslim.

Ari Sumarto Taslim juga berharap kepada Pemerintah Jakarta untuk dapat merubah wajah Sungai Ciliwung. “Kita bisa melihat bagaimana Ridwan Kamil mencoba merubah wajah Sungai Saluran Kalimalang seperti di Korea. Ini patut ditiru,” ujar Ari Sumarto Taslim.

Lebih lanjut, Ari Sumarto Taslim juga meminta warga DKI Jakarta untuk ikut membantu pemerintah daerah dalam mewujudkan Sungai Ciliwung yang kumuh agar dapat lestari dan menjadi kebanggaan warga Jakarta. “Bersama-sama kita bisa mewujudkan keinginan untuk menjaga Sungai Ciliwung dengan tidak membuang sampah langsung ke sungai, melainkan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia,” ucapnya.

Banyak orang dahulu yang menjaga Sungai Ciliwung, jika dilihat dari foto-foto zaman dahulu. “Banyak warga Bogor yang menjual bambu-bambunya menyusuri Sungai Ciliwung dan sampai Pasar Minggu untuk dijual,” kata Ari Sumarto Taslim.

Lagu “buah pepaya, mangga, pisang, jambu dibeli dari Pasar Minggu” masih terngiang di masa kanak-kanak, bagaimana Pasar Minggu memiliki jalur tersambung dalam jual beli melalui Sungai Ciliwung. “Jika kita ingat masa kanak-kanak dulu, lagu wajib tersebut menjadi kenangan karena Sungai Ciliwung saat ini selalu menjadi momok warga Jakarta karena banjir kiriman,” jelasnya.

Bagaimanapun, daerah Bogor saat ini juga sudah penuh dengan villa, rumah, dan hutan yang tidak lestari. “Sebagai manusia, kita seharusnya berterima kasih kepada bumi tempat kita tinggal dan memiliki kewajiban untuk menjaganya. Jika tidak dijaga, alam akan marah dan terjadilah bencana alam seperti banjir, longsor, dan lainnya,” tegas Ari Sumarto Taslim.